Tes Grafis Bukan Lomba Menggambar

Aku sering banget gagal psikotes. Apa karena aku nggak bisa menggambar ya?”
“Kalau dalam psikotes aku diminta menggambar, sebaiknya gambarku seperti apa ya?”
Dua pertanyaan di atas sering disampaikan oleh orang-orang yang pernah atau akan melaksanakan psikotes. Sesi psikotes umumnya terdiri dari tiga tipe tes, yaitu: tes intelijensi umum, tes kepribadian, dan tes grafis. Nah, tes grafis ini termasuk yang cukup ‘ditakuti’ oleh peserta psikotes, apalagi mereka yang merasa tidak mahir menggambar.
Hal yang perlu Anda ketahui adalah: kemampuan menggambar tidak berpengaruh besar dalam penilaian tes grafis. Untuk Anda yang merasa tak pandai menggambar, tak usah khawatir. Tapi, bukan berarti Anda bisa menggambar sekenanya. Seorang teman saya bahkan ada yang berpendapat kalau tes grafis itu hanya formalitas belaka. Entah dari mana dia mendapatkan pemikiran seperti itu. Yang jelas, tes grafis merupakan salah satu komponen penting dalam rangkaian psikotes.
Gambar merupakan refleksi kepribadian manusia. Prinsip ini menjadi dasar dalam tes grafis. Tapi tunggu dulu, bukankah tulisan juga merefleksikan karekteristik manusia? Benar, tapi gambar cenderung lebih bebas manipulasi dan gambar juga memiliki lebih banyak simbol daripada tulisan. Simbol inilah yang menjadi dasar penilaian tes grafis. Jadi, tes grafis menekankan pada detail sebuah gambar, termasuk bagaimana tarikan dan ketebalan garis yang Anda buat.
Berdasarkan pengalaman saya ketika memberikan instruksi tes grafis, beberapa peserta sibuk dengan kertas yang dipegangnya dan tak memerhatikan instruktur tes. Padahal, fase ini krusial karena banyak detail instruksi yang harus dipahami oleh peserta tes. Kemudian, banyak peserta tes yang berpikir terlalu lama untuk menggambar. Ingat, tes ini tidak menilai kemampuan menggambar Anda, Jadi gambarlah apa yang terlintas dalam pikiran, saat itu juga. Gambar saja sebisa Anda. Semakin spontan Anda menggambar, maka akan semakin baik hasilnya. Ibaratnya orang menulis, tulis saja apa yang terlintas dalam pikiran Anda. Biarkan editor yang mengeditnya. Dalam kasus tes grafis, biarkan psikolog yang memahaminya.
Jika Anda sering mengikuti psikotes dan cukup jeli mengamati ruangan tes, umumnya ruangan psikotes bersih dari foto ataupun gambar di tembok. Kenapa? Ini adalah tindakan preventif agar peserta tes tidak menjadikan gambar/foto tersebut sebagai inspirasi ketika menggambar. Asumsinya, semakin bersih ruangan dari gambar/foto, semakin orisinal gambar yang dihasilkan oleh peserta tes.
Saya juga pernah mendapati peserta tes yang bingung dan melirik gambar peserta tes di sebelahnya. Yakinlah, usaha itu sama sekali tidak ada gunanya. Malah hanya akan menghabiskan waktu saja. Kembali pada prinsip awal, gambarlah bentuk yang Anda pikirkan (tentunya sesuai dengan instruksi pemberi tes), apakah itu gambar pohon atau gambar manusia.
Hasil tes grafis biasanya digunakan oleh psikolog sebagai pembanding dalam tahap wawancara. Tipe kepribadian, motivasi, cara berpikir, dan gaya bersosialisasi adalah beberapa hal yang bisa dilihat melalui tes grafis. Pola ini akan semakin terungkap dalam sesi wawancara. Psikolog akan mengungkap makna di balik gambar/simbol yang Anda goreskan. Semakin kompleks gambar yang Anda buat, akan semakin banyak pula hal yang diungkap dalam diri Anda.
Sebenarnya, habitat asli tes grafis adalah dunia psikologi klinis dan biasa digunakan untuk mendeteksi masalah kejiwaan. Dalam dunia industri dan organisasi, tes grafis biasanya digunakan secara praktis untuk menyesuaikan karakter peserta tes dengan budaya organisasi. Jadi, jika Anda sering gagal dalam psikotes/tes grafis, jangan buru-buru berpikir Anda mengalami masalah kejiwaan. Bisa jadi karakter Anda memang tidak cocok dengan budaya perusahaan. Mungkin Anda termasuk orang yang high achiever, tapi perusahaan yang Anda lamar adalah perusahaan kecil dan tidak terlalu profit oriented. Atau sebaliknya, karakter Anda terlalu pasif, padahal perusahaan menginginkan orang yang mandiri dan penuh inisiatif.
Oya, sebaiknya cukupkan waktu istirahat sehari sebelum mengikuti psikotes. Tidak perlu memaksakan diri mempelajari isi buku pedoman psikotes yang sekarang memang banyak di jual di toko buku. Pastikan tubuh Anda segar di hari psikotes, supaya bisa memahami instruksi dengan tepat dan menampilkan karakter diri Anda yang sesungguhnya.

Share this :

Previous
Next Post »
0 Komentar